Selasa, 16 November 2010

BOCAH JALANAN

panasnya terik matahari.
kulit mulai terasa terbakar.
seorang bocah kecil berdiri di pinggir jalan.
bekerja demi memenuhi kelangsungan hidupnya.

seorang bocah yang tidak sekolah dan berdiri di jalanan.
kau bekerja demi membantu kedua orang tuamu.
tidak peduli bagaimana orang memandangmu.

orang-orang hanya bisa menghina dirimu dan kedua orang tuamu.
mereka tidak tahu seberapa susahnya hidupmu.
kau seorang bocah yang berani mengorbankan jati dirimu demi kebutuhan keluarga.

bocah, janganlah engkau bersedih.
bocah, janganlah engkau mengeluh atas nasibmu.
bocah, bersemangatlah.
bocah, berjuanglah demi kehidupan kedua orang tuamu dan kehidupanmu.

suatu saat nanti mereka akan memujimu.
suatu saat nanti mereka akan tunduk kepadamu.
dan katakanlah kepada mereka.
bahwa kau adalah bocah yang mereka hina.

Senin, 15 November 2010

Langkah-Langkah untuk Membuat Skenario

1. IDE CERITA

Sebelum membuat skenario Film, pertama-tama harus mempunyai ide cerita dahulu. Setelah itu, buatlah cerita yang semenarik mungkin dari ide yang kamu dapat. Ide cerita bisa didapat melalui apa yang kita rasa, dengar, dan kita lihat.
ide cerita bisa diperoleh dari :
  • Diri Sendiri : pengalaman pribadi.
  • Lingkungan Sekitar : apa yang kamu lihat dan kamu rasakan saat bersama mereka (tetangga, teman, sahabat, dan sebagainya).
  • Membaca : mendapat ide saat membaca novel, cerpen, koran, dan sebagainya. tapi jangan meniru secara keseluruhan (Copy Paste).
  • Dongeng dan Cerita Rakyat : Indonesia Kaya dengan dongeng, legenda, dan cerita rakyat. selalu ada hal yang menarik yang dapat diangkat dari kisah-kisah tersebut.

2. SIAPKAN SINOPSIS

Sinopsis memiliki arti penting dalam pembuatan Skenario Film, yaitu sebagai pijakan. kita akan kesusahan membuat skenario jika kita tidak tahu sinopsis ceritanya. kita bisa membuat sinopsis dari ide cerita yang sudah kita dapat.

3. Treatmen

Treatmen ini sama dengan pembabakan. Setelah membuat sinopsis, maka harus dipecah menjadi beberapa babak. Sebuah film umumnya menggunakan struktur tiga babak (Tree Acts Structure), tapi ada juga yang disebut Nine Acts Structure (struktur sembilan Babak).
contoh struktur tiga babak (Tree Acts Structure) :
Babak 1 : Sebagai pengenalan Setting, Tokoh, dan awal masalahnya.
Babak 2 : bagian berkecamuknya masalah (semakin besar masalah yang timbul).
Babak 3 : Penyelesaian.

Contoh struktur sembilan babak (Nine Acts Structure) :
Babak 1 : Kejadian buruk yang menimpa orang lain.
Babak 2 : pengenalan Tokoh Utama (protagonis).
Babak 3 : Kejadian buruk menimpa orang lain atau terlibat pada masalah orang lain pada babak 1.
Babak 4 : Protagonis dan Antagonis.
Babak 5 : Protagonis berusaha keluar dari masalahnya.
Babak 6 : Protagonis salah mengambil jalan.
Babak 7 : Protagonis mendapat pertolongan.
Babak 8 : Protagonis berusaha keluar dari masalah lagi.
Babak 9 : Protagonis dan antagonis berperang menyelesaikan masalahnya.

4. SCENE PLOT/ OUTLINE SCENE

Scene Plot adalah rencana peristiwa-peristiwa yang akan diambil (disyut). Pembuatan scene plot akan mempermudah pembuatan skenario.
Contoh :
1. Dyan mengambil tas kemudian keluar dari kamar.
2. Dyan mengendarai sepeda motor menuju ke kampus sambil mendengarkan musik.
3. Dan Seterusnya.

5. SKENARIO

setelah membuat tahapan-tahapan diatas, maka kita bisa membuat skenario dengan mudah. Dalam menulis Skenario, ada beberapa istilah khusus yang harus dipahami oleh penulis skenario. Istilah ini berlaku universal, artinya di negara apa pun skenario itu ditulis dan kemudian diproduksi, istilah ini mempunyai arti yang sama. Pemahaman akan istilah-istilah ini akan membuat sebuah skenario lebih gampang divisualisasikan.
Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam penulisan Skenario :
  • Fade in : ketika adegan baru dimulai pertama kali.
  • Fade Out : Ketika sebuah babak berakhir dan kemudian diselingi oleh iklan sebelum memulai babak baru. Atau ketika sebuah episode berakhir dan akan bersambung ke episode selanjutnya.
  • Cut to : Perpindahan dari satu adegan ke adegan lain secara berkesinambungan.
  • Dissolve to : mirip dengan cut to, tapi dipergunakan untuk adegan masa lalu (flashback) yang memiliki durasi cukup panjang.
  • V.O (Voice Over) : Hanya terdengar suara. Biasanya digunakan untuk suara dalam hati si tokoh.
  • O.S (Off Scene) : Suara pemain terdengar lebih dahulu sebelum sosoknya sendiri muncul.
  • CUT TO FLASH BACK : petunjuk mengalihkan gambar ke adegan flash back. Flash back : Adegan masa lalu. Flash back ini bisa berlangsung sebentar, bisa juga agak lama.
  • FLASH BACK CUT TO : petunjuk untuk mengakhiri adegan flash back
  • POY (Point Of View) : melihat sesuatu dari sudut pandang seorang tokoh.
  • VFX (Visual Effect) dan SFX (Sound Effect) : VFX dan SFX ini biasa dipakai adegan yang sulit divisualisasikan.
  • ACT : Babak
  • Scene : Kata lain dari adegan, yaitu bagian terkecil dari sebuah cerita.
  • INT : Singkatan dari Interior, menunjukkan keterangan di dalam ruangan.
  • EXT : Singkatan dari Exterior, menunjukkan keteerangan di luar ruangan.
  • Establishing Shoot : Pengambilan Gambar Secara Keseluruhan atau penuh.
contoh skenario :

SAHABAT
Yang Tak Pernah Kulupakan

Cerita : M. Luqman Ahmadi Al-Basir
Skenario : M. Luqman Ahmadi Al-Basir
Fade In
Act 1

Scene 01. EXT. Estabilish.

Sebuah Sekolah Besar.

Scene 02.INT. Di Dalam Kelas.

Pemain : Dyan, Luqman, Aruf.

Luqman duduk sendirian di dalam kelas sambil memikirkan tugasnya yang belum selesai. Dyan masuk kelas dan menepuk bahu Luqman.
Dyan :"Hai, pagi-pagi udah ngelamun. nanti kesurupan baru tahu rasa kamu. hihihihi..."
Luqman :"Biarin, terserah aku donk.."
Dyan :"Eh, dasar Kakek-kakek. dibilangin gak percaya.."
kemudian Aruf datang dan langsung duduk disebelah Luqman.
Aruf :"Ada apa nie? kok tumben pagi-pagi udah pade ribut?"
Dyan :"Ini nie si kakek ngelamun pagi-pagi.."
Luqman :"Jangan panggil aku kakek kenapa ce?!? emangnya aku sudah tua, kok dipanggil kakek? HUh..!!!" (sambil membentak Dyan)
Dyan dan Aruf :"Ha..ha..ha...ha..." (mereka tertawa melihat Luqman yang sedang emosi)

CUT TO

Scene 03. EXT. BERJALAN DI TROTOAR .

Pemain : Luqman, Dyan, Rizal.

Luqman dan Dyan berjalan berdua untuk pulang bersama. Rizal datang dengan mengendarai sepeda motor dan menawari Dyan untuk pulang bersama.
Rizal :"Dyan, ayo pulang bersamaku. ngapain pulang sama orang yang gak punya apa-apa kayak dia. apalagi dia orang yang suka berkhayal saja tanpa tahu keterbatasannya. Ha..ha...ha..."
Dyan :"Jangan seenaknya menghina Luqman.!!" (Sentaknya)
"Begini-begini, Luqman lebih baik daripada kamu. Dasar cowok playboy. Pergi sana!!"
Luqman :"Dyan..." (terharu mendengar perkataan Dyan)
CUT TO


Scene 03.....................
Scene 04.....................

FADE OUT


PERTANYAAN PENTING

Ada 7 pertanyaan penting yang harus dijawab penulis skenario agar skenarionya bagus. Tujuh pertanyaan itu ialah:

1. Siapa tokoh utamanya?
2. Apa yang diinginkan oleh tokoh utama?
3. Siapa antaginisnya? Apa hal yang menghalangi tercapainya keinginan protagonis?
4. Bagaimana protagonis bisa mencapai keinginannya?
5. Apa pesan yang ingin kamu sampaikan dalam cerita itu?
6. Bagaimana kamu nyeritain cerita itu?
7. Bagaimana perubahan nasib tokoh-tokohnya?

Itulah “prosedur” penulisan skenario film. Lebih jelasnya kamu bisa baca pada buku-buku panduan menulis skenario.

SUMBER DAYA DAN IDENTITAS ORGANISASI (Resource and Identity Organisation)

Sumber daya dan Identitas Organisasi Peran Retorika dalam Penciptaan Keunggulan Kompetitif


Menggunakan RBV untuk menunjukkan bagaimana organisasi menggunakan retorika tentang identitas ganda untuk meningkatkan kompetitif keunggulan perusahaan. Menyajikan model yang menggambarkan bagaimana retorika dapat beralih perhatian audience antara identitas dan sumber daya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
Sumber daya Resource Based View (RBV) dari strategi organisasi berpendapat bahwa keunggulan kompetitif perusahaan timbul dari nilai, kelangkaan, nonimitability, dan nonsubstitutability sumber dayanya. Atribut ini konstruksi retorik. Oleh karena itu, organisasi akan menghubungkan retorika, sumber daya, dan RBV dengan cara memberikan pengaruh retorika yang penting bagi tindakan di perusahaan dan pada kelangsungan hidupnya.

A. Retorika, Identitas, dan RBV
1. Retorika
Retorika adalah penggunaan bahasa tertentu digunakan untuk pembujukan secara persuasi. Dalam organisasi, retorika bisa digunakan sebagai penggambaran atau simbol. Dan retorika bagi suatu organisasi sangatlah penting. Retorika sebagai pembujuk-rayuan agar mereka percaya. Sebelum melakukan pembicaraan, maka ketahui dahulu siapa, apa, dan bagaimana harus berbicara.
Retorika biasanya melibatkan penggunaan bahasa, tetapi retorika juga memiliki arti sym-bolic luar literal. Kami menemukan bahwa arti dalam gambar seperti iklan diam, kata-kata seperti angka dan kiasan.
Retorika terbagi menjadi dua, yaitu retorika verbal dan non-verbal. Retorika verbal adalah membujuk seseorang atau sekelompok baik dengan berbicara, melalui Iklan, maupun yang lainnya. Sedangkan Retorika non-verbal adalah berupa simbol saja sebagai pengerat kekerabatan misalnya saling berjabat tangan dengan gaya tertentu, dan sebagainya.
Misalnya dalam suatu perusahaan “A”, mereka mempunyai produk yang sangat bagus. Mereka ingin memperkenalkan produk ini ke perusahaan lain dan masyarakat. Oleh karena itu, untuk memperkenalkan produk tersebut membutuhkan retorika.
Beberapa dimensi ideologi retorika
1. Dimensi filosofis kemanusiaan, dari dimensi ini, kita mengedepankan pemahaman dari sudut identitas (ciri pembeda) antara eksistensi. Identitas pembedanya:
•antara makhluk manusia dengan selain manusia
•antara manusia yang berbudaya
•antara yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, pandangan hidup
2. Dimensi teknis, berbicara adalah sebuah teknik penggunaan symbol dalam proses interaksi informasi.
3. Dimensi proses penampakan diri atau aktualisasi diri. Berbicara itu adalah salah satu keperluan yang tidak bisa ditinggalkan
4. Dimensi teologis, menyampaikan ajaran agama sesuatu yang wajib (dakwah)

2. Identitas Organisasi
Identitas Organisasi adalah proses pembangunan proyek dan tidak bertahan lama atau obyektifitas. Organisasi terbentuk karena adanya identitas. Dari identitas tersebut mereka mendapatkan sumber daya. Banyak organisasi yang memiliki identitas ganda.
Perusahaan mengelola banyak identitas melalui tanggapan seperti sekering identitas bersama (inte-Gration), memisahkan identitas (kompartementalisasi), atau menghubungkan mereka (agregasi).
Identitas organisasi bisa meningkat tergantung pada dukungan stakeholder, legitimasi dirasakan, nilai strategis masa depan, dan keterbatasan sumber daya.

3. RBV
Organisasi retorika sering berkonsentrasi pada tingkat di atas bahwa produk atau stakeholder dan fokus pada memproyeksikan gambar dari organisasi itu sendiri. Pada tingkat itu, isu-isu identitas organisasi dan sumber daya organisasi menjadi sangat penting, yang berarti bahwa RBV sangat relevan untuk memahami proyeksi citra organisasi nasional dan identitas.
Resource based view (RBV) mampunyai arti pengamatan berbasis sumber, maksudnya pengamatan berdasarkan sumber yang ia dapatkan. Jadi dalam suatu organisasi, resource-based view (RBV) adalah manajemen bisnis alat yang digunakan untuk menentukan sumber daya strategis yang tersedia untuk sebuah perusahaan.
Banyak kesepakatan RBV dengan persepsi sumber daya berdasarkan pada kepercayaan subyektif. Namun tidak memberikan RBV menjelaskan bagaimana aktor datang untuk memegang keyakinan tentang sumber daya.
Prinsip mendasar dari RBV adalah bahwa dasar untuk keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan terletak terutama dalam penerapan bundel sumber daya berharga di perusahaan pembuangan. Untuk mentransformasi keunggulan kompetitif lari-pendek menjadi keuntungan kompetitif yang berkelanjutan mensyaratkan bahwa sumber daya ini heterogen di alam dan tidak sempurna mobile.
Poin-poin kunci dari teori ini adalah:
1. Mengidentifikasi potensi sumber daya perusahaan kunci.
2. Mengevaluasi apakah sumber daya tersebut memenuhi (VRIN) kriteria sebagai berikut:
• Berharga
• Langka
• Di-imitable
• Non-disubstitusikan
3. Mengasuh dan melindungi sumber daya yang memiliki evaluasi tersebut karena hal sehingga dapat meningkatkan kinerja.

B. Dua Pengaruh antara Sumber daya dan identitas
Yang dimaksud dengan sumber daya bentuk identitas dan retorika, dan identitas dan retorika membangun makna sumber daya. Berbagai jenis retorika mencapai hal ini. Pemasaran retorika proyek identitas dan dengan demikian menggunakannya sebagai alat pemasaran atau sumber daya. Demikian pula, praktisi menggunakan gambar sebagai cermin dan dengan demikian sebagai pembuatan sumber daya akal.
identitas dan sumber daya dapat metaforis direpresentasikan sebagai konsumen dan produsen nilai, masing-masing. Menurut metafora ini, mereka timbal balik yang terkait. Identitas dan sumber daya mempunyai pengaruh antara lain:
- Menggunakan retorika tentang identitas untuk pengaruh arti sumber daya.
- Menggunakan retorika tentang sumber daya untuk pengaruh identitas.

1. Menggunakan retorika Tentang Identitas untuk Pengaruh Arti Sumber Daya.
Menghubungkan dua antara sumber daya dan identitas melalui empat subpropositions tentang sumber daya membentuk identitas. dan empat subpropositions tentang identitas dan retorika membentuk sumber daya digunakan.
a. Menarik Identitas sebagai suatu Sumber Daya berharga
Organisasi menggunakan identitas sosial yang diperoleh dari keanggotaan dalam industri-coba dan badan-badan akreditasi sebagai sumber daya untuk mendapatkan legitimasi. Legitimasi meningkatkan komprehensibilitas dan stabilitas tindakan organisasi, meningkatkan umur panjang organisasi, dan memastikan dukungan penyedia sumber daya penting. Legitimasi adalah sumber daya tidak berwujud kunci untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.
Reputasi untuk menyediakan jasa atau produk yang berharga adalah sumber daya perusahaan yang pada dasarnya dapat berubah dengan retorika.
Contohnya, pabrik “A” tidak mempunyai cukup biaya. Jika ingin mempromosikan melalui Iklan. Maka Pabrik A akan memilih Iklan yang paling murah untuk menutupi kelemahan kualitasnya.
b. Identitas khas sebagai suatu Sumber Daya Langka
Identitas sebagian besar didasari oleh apa yang khas. Ketika kekhasan atau perilaku yang mengarah ke bisnis unik yang berguna, identitas adalah sumber daya langka.
Retorika tentang kelangkaan menggunakan asumsi biasa seperti "kualitas langka". Organisasi harus menarik perhatian kelangkaan, sebagai atribut dominan, sebelum perusahaan dapat menikmati keunggulan kompetitif berdasarkan kelangkaan sumber daya.
c. Centre identitas sebagai sumber daya nonsubtitutability
Retorika dapat menghubungkan identitas inimitability (ditiru) dari sumber daya ketika pelaku berusaha untuk meyakinkan pesaing bahwa pesaing tidak dapat menyalin identitas perusahaan.
Contoh, situs web yang bernama facebook sudah tidak bisa ditiru oleh web yang lain. bahkan facebook menjadi penggemar jutaan orang di dunia.
Ini meyakinkan pembaca pengetahuan terletak dan tertanam hubungan erat antara perusahaan konsultan dan kliennya. Identitas sebagai organisasi berorientasi konsultan-klien tidak tepat specifiable sebagai setumpuk rutinitas, dan implementasinya tersembunyi di kompleks dan diam-diam proses sosial perusahaan. Efek retorika dimaksud adalah untuk menunjukkan bahwa identitas organisasi istimewa dan identifikasi stakeholder yang tinggi membuat kinerja tinggi, sehingga bertindak sebagai sumber daya dengan cara yang tidak dapat disalin menarik lebih banyak klien dan menghalangi pesaing potensial.
d. Identitas bertahan sebagai suatu Sumber Daya tidak disubstitusikan.
sebuah perusahaan untuk menggunakan retorika dan identitas untuk membentuk nonsubstitutability dirasakan sumber daya. Sebagai contoh, perusahaan dapat menekankan bahwa itu terus meningkatkan 'pekerja kompetensi dan meningkatkan komitmennya untuk pekerja, sehingga pesaing potensial meyakinkan bahwa kinerja yang lebih baik adalah tidak mungkin. Perusahaan dapat mempublikasikan model bisnis tentang bagaimana mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan baru untuk mencegah pesaing masuk pasar. Efek retorika dimaksud adalah untuk mencegah atau menurunkan moral pesaing dengan membuat terlihat fakta bahwa alasan untuk per-kinerja tinggi tidak disubtitusikan. Dengan cara ini, perusahaan dapat menggunakan retorika untuk membentuk persepsi pesaing dari tidak disubtitusikan sumber dayanya.

2. Menggunakan retorika tentang sumber daya untuk pengaruh identitas.
Organisasi dapat menggunakan retorika untuk membuat perusahaan anggota merasa baik tentang diri mereka sendiri dan tentang apa yang anggota lakukan bersama sebagai sebuah organisasi, yang mengarah ke komitmen yang lebih besar dan perilaku yakin lebih yang akan meningkatkan keunggulan kompetitif.
a. Sumber daya berharga adalah sebagai Meningkatkan Daya Tarik Identitas
agen Perubahan bisa menggunakan sumber daya fisik untuk mengubah identitas organisasi.sumber daya fisik bisa difoto dan akibatnya dapat memiliki makna visual simbolik. Ini makna simbolik sebagian berasal dari sumber daya nonvisual.
Serangkaian keberhasilan dikombinasikan dengan umpan balik reputasi positif, aliran terlihat baik, dan sumber daya yang mendukung ekspansi keyakinan identitas positif. Contoh, seorang Pijat urat bisa digambarkan sebagai dokter yang ajaib. Dengan pijat uratnya bisa mengobati berbagai macam penyakit.
b. Sumber daya langkah adalah sebagai mengaktifkan klaim identitas khusus
perusahaan bergengsi memberikan status anggota dan dukungan identitas. Oleh karena itu perusahaan reputasi adalah sumber daya langka yang mendukung pekerjaan identitas yang dilakukan oleh anggota atas nama citra organisasi dan identitas organisasi.
Retorika merupakan pusat proses pembangunan dan unik karakteristik positif terhadap perusahaan, terutama ketika perusahaan membuat suatu yang lain dari potong produk yang jelas. Contoh, seorang penduduk kota sidoarjo menunjukkan sumber daya langkanya yaitu Udang dan suasana tambak di Sidoarjo.
c. Perusahaan khusus, sumber daya ditiru sebagai Pusat Atribut Identitas.
RBV menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif yang berkelanjutan berasal dari set yang unik sumber daya pesaing tidak dapat meniru. Perusahaan dipengaruhi dalam strategi mereka dengan persepsi mereka tentang pesaing dan kemudahan relatif seseorang pesaing menyalin.
Organisasi berasal beberapa aspek identitas mereka dari jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Jika suatu perusahaan melakukan pekerjaan yang tidak dapat disalin, pekerjaan menjadi salah satu pusat mendefinisikan dan karakteristik identitas perusahaan.
Perusahaan dipengaruhi dalam strategi mereka dalam persepsi mereka tentang pesaing dan kemudahan relatif seorang pesaing menyalin. Jika suatu perusahaan melakukan pekerjaan yang tidak dapat disalin, pekerjaan menjadi salah satu pusat mendefinisikan dan karakteristik identitas perusahaan. Contoh, Pekerjaan Angkutan, angkutan sangat dibutuhkan untuk transportasi ke tempat tujuan.
d. Persisten, sumber daya nonsubstitutable sebagai Atribut Identitas yang bertahan
Risiko substitusi sumber daya timbul karena kompetitor bisa mendapatkan sumber daya alternatif mereka sendiri yang melakukan tugas yang sama menggunakan sumber daya yang berbeda. Karismatik kepemimpinan dan sistem perencanaan formal pengganti sumber daya untuk mencapai koordinasi satu sumber daya mungkin lebih efektif daripada yang lain dalam kasus tertentu.
Jika kepemimpinan karismatik efektif dalam muda, perusahaan kecil, pesaing tidak akan dapat menggantikan kontrol formal dengan sukses yang sama. pendiri perusahaan ini kemudian dihadapkan dengan masalah pembuatan rutin karisma untuk identitas terkait untuk menjadi abadi. Pendiri karismatik kumulatif mungkin berasal atribut yang berhubungan dengan mengambil risiko dan kewirausahaan. Atau seorang desainer eksentrik secara bertahap bisa memperkuat identitas individualitas artistik. Pendiri berusaha untuk membentuk perusahaan dengan cara yang menghalangi pesaing. Teman-persisten Pendiri ketergantungan pada sumber daya nonsubstitutable, oleh tulangan kumulatif, bentuk identitas kaum muda, perusahaan kecil.
Perusahaan dapat menggunakan ideologis dan budaya kontrol untuk membuat asumsi abadi. Efek retorika adalah untuk mencapai identifikasi stakeholder tinggi. Contoh, “kami akan membangun dan setia kepada perusahaan”

C. Menggunakan Retorika Praktitioner untuk Mengelola beberapa identitas
Sumber daya dan identitas mengedepankan retorika memungkinkan praktisi untuk beralih di antara identitas bila diperlukan. organisasi dengan banyak identitas sering memiliki normatif, identitas etis dan rasional, identitas ekonomi.
Misalnya, rumah sakit memiliki banyak identitas, yaitu identitas ekonomi sebagai penghasilan dan identitas normatif sebagai pelayanan pengobatan bagi orang-orang yang sakit.

Jurnalistik Media Cetak, Baru, dan Televisi

1. Jurnalistik Media Cetak
Kegiatan jurnalistik yang terorganisasikan, kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan pers, yaitu usaha-usaha penerbitan karya jurnalistik yang berupa informasi dan berita.
Usaha-usaha penerbitanatau pers itu memiliki kebijakan dalam hubungan dengan Struktur masyarakat dan negara. Kebijakan itu kemudian menjadi orientasidari karya jurnalistik yang berada dalam lingkupnya. Sebutan pers berasal dari cara kerja mesin cetak menekan huruf-huruf di atas kertas. Selanjutnya semua usaha penerbitan yang berhubungan dengan mesin cetak disebut pers.
Ada tiga prinsip jurnalistik media cetak, yaitu:
a. Pembaca (man as reader)
Pembaca bebas memilih topik, informasi, atau berita yang disukai. Bertolak dari hal itu maka sajian informasi dan berita yang menyangkut berbagai bidang kehidupan sangat perlu disajikan sebagai pilihan. Pembaca juga aktif memilih berita yang relevan bagi dirinya.
b. Prinsip right like your talk.
Prinsip ini mengandung beberapa pengertian. Yang pertama mengandung arti naratif dan tak langsung, sedangkan yang kedua mengandung arti deskriptis yang langsung. Sabagai wartawan, ia seharusnya mencoba untuk obyektif, tidak boleh berpihak. Dalam kedudukan ini, ketika menulis ia harus dalam posisi sebagai pihak ketiga dan menuliskan beritanya dengan penulisan tak langsung (indirect) dan naratif (menceritakan).
Penulisan berita dalam jurnalistik memerlukan pemahaman mengenai karakter media itu. Beberapa prinsip penulisan ini dapat pula dipakai untuk bahan acuan penulisan di media elektronik audio visual (televisi). Seorang wartawan harus memastikan kebenaran beritan dengan check and recheck ke beberapa sumber yang relevan dan dapat dipercaya.
Lead berita menjadi perhataian utama, sebab lead sebagai pengarah berita, di samping judul akan menjadi pertimbangan yang menentukan dari pembaca untuk mengikuti berita itu atau tidak. Dalam penyusunan kalimat lead, tidak perlu dimasukkan prinsip 5W’s H karena akan menjadi rumit dan membingungkan.
Dalam Penulisan judul berita ada empat prinsip yang harus dipahami :
1. Menarik perhatian pembaca
2. Menyimpulkan isi berita
3. Menggambarkan suasana berita
4. Kalimat ringkas, jelas, dan merangsang.
Penulisan judul yang paling baik adalah tidak lebih dari sepuluh kata. Judul sebetulnya merupakan sumber utama informasi dari peristiwa-peristiwa yang hari itu terjadi. Karena bagi mereka yang tidak punya banyak waktu untuk membaca seluruh isi surat kabar, membaca judul beritanya pun (kalau judul ditulis dengan baik) sudah depat memperoleh gambaran kejadian pada hari itu. Dan dalam penulisan perlu menggunakan bahasa yang benar dan istilah yang tepat tanpa menggunakan kata asing. Sebab tidak akan menambah kejelasan, melainkan membingungkan para pembaca.
c. Rumus Konvesional 5W’s H (what, who, why, when, where, how)
Dalam laporan jurnalis menyebutkan kejadian apa (what), mengapa kejadian itu terjadi (why), kapan kejadian itu terjadi (when), siapa saja yang terlibat dalam kejadian itu (who), dimana kejadian itu berlangsung (where), dan bagaimana berlangsungnya kejadian itu (how). Teknik penyajiannya dapat berbentuk piramida tegak atau piramida terbalik dan kronologis. Sistem penulisan piramida tegak berarti penulisan naskah tidak terikat oleh waktu. Sistem penulisan piramida terbalik dibuat khusus untuk berita yang penyajiannya sangat terikat waktu. Sedangkan sistem penulisan Kronologis, sajiannya berdasarkan pada urutan kejadian.
Contoh berita jurnalistik media cetak:
Banjir Genangi Perumahan di Bangkalan
TINGGINYA intensitas hujan selama sepekan dan pasang air laut mengakibatkan ratusan rumah di kawasan kota bangkalan terendam. Genangan air terparah menimpa ratusan pemukiman di kawasan perumahan Griya Abadi yang mencapai lutut orang dewasa.
Menurut Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pengairan Ir Taufan Z, rusaknya beberapa instrumen pengendali (pintu) air sungai dan tingginya sediman juga memicu genangan banjir. “Air terlalu lama terkonsentrasi di sungai karena air laut sedang pasang,” jelas Kabid Irigasi dan Pemanfaatan Air M Arifin yang mendampingi Kadis Bina Marga, Taufan. “Selain itu, sedimentasi yang parah juga membuat daya tampung sungai menjadi berkurang. Ditambah rusaknya pintu air di kali jambu karena terendam sedimen,” katanya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya mengaku telah melakukan koordinasi dengan pemerintahan pusat dengan mengusulkan dana bencana alam senilai Rp 20 milyar. Dana sebesar itu nantinya akan diproyeksikan untuk melakukan pengerukan sedimen-sedimen yang mengganggu di empat sungai yang ada di kota Bangkalan, perbaikan plengsengan di Desa Lajing yang rusak diterjang ombak.
“Termasuk rencana pembuatan waduk di kecamatan Blega yang tengah dikaji ulang. Serta membangun tanggul yang lebih tinggi dari permukaan tanah,” jelasnya. (ekr)

2. Teori-teori Pers dan Jurnalistik
Jurnalistik dan pers tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan struktur sosial dan politik lingkungan masyarakat dan negara. Di dalam perkembangan pers dan jurnalistik dikenal empat macam teori yang menjadi acuan dari sistem-sistem pers dan jurnalistik negara-negara di dunia.
a. Teori Otoritarian
Teori ini muncul diawal lahirnya mesin cetak dan diakhir masa renaisans, ketika negara-negara eropa kebanyakan masih menganut sistem pemerintahan monarki absolut. Pers dan Jurnalisti wajib mendukung kebijakan kerajaan. Paham ini bertolak dari anggapan, kebenaran adalah hasil dari sekelompok cendekiawan dan orang bijak yang memiliki kewajiban membimbing dan menentukan arah kehidupan rakyat kecil. Jadi kebenaran tak ada di lingkungan kecil, melainkan dekat dengan kekuasaan.
b. Teori Libertarian
Teori ini lahir ketika pertumbuhan demokrasi politik dan paham kebebasan berkembang pada abad ke-17, sebagai akibat revolusi industri dan digunakannya sistem ekonomi laissezfaire. Di dalam revolusi Perancis dikeluarkan Declaration des droits de i’homme at citoyen, yaitu pernyataan hak-hak manusia dan warga negara. Kebebasan pers sebagai salah satu aspek dari hak-hak asasi manusia. Kebenaran tidak lagi dianggap milik penguasa, melainkan hak mencari kebenaran merupakan salah satu hak asasi manusia. Kedudukan pers dan jurnalistik dalam hal ini sebagai mitra dalam mencari kebenaran. Dengan demikian, pers harus bebas dari pengawasan dan pengaruh pemerintahan. Agar kebenaran muncul, semua pendapat harus memperoleh kesempatan yang sama untuk dikemukakan.
c. Teori Totalitarian
Pers yang berpegang pada asas kebenaran berdasarkan teori marxis. Pers bekerja sepenuhnya sebagai alat penguasa, dalam hal ini partai komunis. Partai komunis dalam pengertian marxis adalah rakyat. Berdasarkan pemahaman itu pers harus mengikuti kebenaran rakyat, yaitu partai yang substansinya adalah pemerintahan. Pers komunis dikuasai dan dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Fungsi pers komunis adalah memberi bimbingan secara cermat kepada masyarakat agar masyarakat terbebas dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat menjauhkan masyarakat dari cita-cita partai.
d. Teori Social Responsibility
Para pemilik dan pengelola pers menentukan siapa-siapa, fakta yang bagaimana, versi fakta yang seperti apa, yang dapat disiarkan kepada masyarakat. Teori ini menganggap kebebasan mutlak mendorong terjadinya dekadensi moral. Oleh karena itu, teori ini memandang perlu pers dan sistem jurnalistik menggunakan dasar moral dan etika. Pers perlu melakukan tugas sesuai dengan standar-standar hukum tertentu. Dalam hal ini kebebasan pers tetap dipertahankan dengan menambahkan kewajiban, kebebasan yang dimiliki perlu disertai tanggung jawab sosial dan kecenderungan berorientasi pada kepentingan umum, baik secara individual maupun kelompok.
Empat teori pers itu menjadi acuan sistem dan orientasi jurnalistik bagi pendukung-pendukungnya. Di Indonesia berlaku sistem pers yang disebut Pers Pancasila. Sistem ini mendasarkan sikap dan perilaku pers di Indonesia pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

3. Jurnalistik Baru
Karya jurnalistik baru (new jurnalism) merupakan cara baru dalam mengolah dan menyajikan karya jurnalistik yang dikembangkan pada akhir abad 20. Jurnalistik ini disebut jurnalistik baru karena memasukkan unsur fiksi dan sastra walaupun dalam karya jurnalistik hal semacam ini sebelumnya tidak dibenarkan.
Karya jurnalistik baru merupakan hasil gabungan antara kerja wartawan dan sastrawan, atau dengan kata lain merupakan karya jurnalistik yang dikemas dengan gaya sastra. Karya jurnalistik baru merupakan hasil karya proses intelektual yang kreatif, khususnya hasil wartawam sekaligus sastrawan. Ragam bahasanya menjadi indah serta enak dibaca dan dirasakan, khususnya bagi khalayak kalangan menengah ke atas.
Di Indonesia, karya jurnalistik baru dikembangkan oleh Goenawan Mohamad yang merupakan seorang wartawan dan juga sastrawan, melalui rubrik Catatan Pinggir di majalah Tempo.
Sebagai karya intelektual wartawan sekaligus sastrawan, penyusunan naskah dan penyajian karya jurnalistik baru kepada khalayak memiliki bentuk tersendiri. Uraian fakta dan pendapat dipilih yang aktual dan masih relevan dengan situasi dan kondisi di tengah masyarakat. Fakta dan pendapat ini dikemas dalam bentuk karya sastra yang indah dan menarik. Hubungan antara realitas di tengah masyarakat dan karya jurnalistik sastra berimpit halus. Perhatikan contoh berikut ini:
“Di depan moncong bedil yang dikokang, bisakah kita bicara tentang kekejaman? Kita tidak kehilangan hak, tetapi kita kehilangan kata. Kata-kata menjauh, menciut, kekejaman dan aniaya adalah pengalaman yang mengepung kita, mengucilkan kita dari konsep-konsep. Di depan moncong bedil yang dikokang, dunia jadi tak bisa diterangkan.
Bagaimana menerangkan semua itu? Saya tidak tahu. “Saya mencari manusia”, konon kata seorang Yunani Kuno, yang berjalan membawa obor di siang hari bolong.
Kita mencari manusia dan tak tahu bisakah kita menemukan perikemanusiaan, kecuali dengan hati seorang korban.”
(Goenawan Mohamad, HAK, Tempo, Edisi 14-12-1992)
Karya jurnalistik baru selalu diwarnai oleh sentuhan-sentuhan halus penuh keindahan tetapi memiliki sasaran yang tepat, isi pesan tetap informatif faktual, jujur, adil, dan berimbang. Karya jurnalistik ini bisa berisi mengenai apa saja yang memiliki sentuhan-sentuhan pada :
- Kekuasaan, keserakahan, dan kekejaman
- Monopoli dan birokrasi
- Kesenjangan sosial dan kemunafikan
- Sikap apatis dan monoton
- Keberhasilan (succes story), dan sebagainya.

4. Jurnalistik Televisi
Perkembangan media massa elektronik mendorong pemikiran baru di bidang jurnalistik. Media massa televisi adalah media audio visual. Media Televisi merupakan media jurnalistik yang sangar berpengaruh bagi khalayak. Televisi merupakan media yang potensial menjadi sarana dalam memprogram image di kalangan audiensi.
Media televisi sangat berpengaruh besar bagi khalayak karena mempunyai beberapa kemampuan berikut:
• Pertama, menciptakan kesan (image) dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layar kaca (visual maupun audio visual) menjadi lebih nyata dari realitasnya.
• Kedua, media massa mampu membuat liputan “apa yang terjadi” menjadi lebih nyata.
• Ketiga, penelitian-penelitian “uses and gratifications” yang biasanya terfokus pada efek individu menemukan fakta bahwa komunikasi membangun makna ritual yang menggambarkan bagaimana orang bersama-sama dan bekerja sama secara terus menerus memakai makna tersebut.
• Keempat, sejak lama media diyakini menjadi semacam kanal yang berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan destruktif psikologis lainnya menjadi gejala internal (individu) yang wajar (normal).
Jurnalistik televisi adalah jurnalistik audio visual. Unsur visual dalam sajian berita atau laporan di televisi mengandung peranan penting. Dalam hal ini, hasil liputan audio visual yang dilakukan oleh reporter dan juru kamera televisi menjadi bahan utama dalam penyusunan berita. Oleh karena itu, kehadiran reporter di tempat kejadian dirasa memberikan nilai lebih dan daya tarik yang kuat pada berita yang disampaikan. Dalam hal ini, dikenal sistem ROSS dengan penyaji berita yang disebut newscaster karena ia juga pencari, penyeleksi, pengolah dan penyusun berita.
ROSS singkatan dari
- Reporter on the spot and on the screen
Reporter berada di lokasi dan muncul di televisi melaporkan sendiri kejadian di situ.
- Reporter on the spot and off the screen
Reporter berada di tempat kejadian, tetapi gambarnya tidak muncul di layar, hanya suaranya atau laporannya dibacakan.
- Reporter off the spot and on the screen
Reporter tidak berada di tempat kejadian, tetapi sebagai redaksi yang menyusun dan menyampaikan laporan dari sumber. Sumber berita lewat telepon, teleks, faksimile dan muncul di layar televisi.
- Reporter off the spot and off the screen
Reporter tidak berada di tempat kejadian dan tidak muncul di layar televisi. Namun, ia mengumpulkan, menyeleksi dan menyusun berita yang diperoleh dari sumber-sumber berita.

Dalam jurnalistik televisi, unsur visual bukan sekadar unsur tambahan atau dukungan pada berita verbal. Unsur visual merupakan sajian berita itu sendiri, bukan sekadar ilustrasi dari uraian berita verbal.
Untuk sajian unsur visual dikenal empat materi berupa gambar hasil liputan.
1. Visual Object and Hot News (VOHN).
Materi visual hasil liputan peristiwa atau wawancara dan isi pernyataan saat itu. Lingkungan masih menggunakan istilah visual aids (gambar pembantu atau ilustrasi).
2. Shooting on the Field Operation Back-up (SFOB).
Tambahan liputan untuk melengkapi materi visual yang sudah ada.
3. Full Library Operation Back-up (FLOB)
Seluruh materi visual yang diperoleh dari kepustakaan, seperti stock shoots, foot-ages, dan sebagainya.
4. Gabungan dari ketiga materi itu.
Karena unsur visual merupakan unsur yang cukup penting maka kerja sama antara reporter dan kameramen harus terjalin dengan baik. Mata dan pikiran mereka seolah satu.

a. Berita Film
Materi film dibuat dari pita seluloid, yang setelah dipakai meliput haarus diproses melalui laboratorium untuk menghasilkan gambar. Gambar ini diedit dan disusun dengan cara dipotong-potong, dan disambung kembali sesuai dengan urutan gambar yang dikehendaki. Gambar yang sudah disusun, lalu dibuat naskah beritanya. Kemudian disajikan kepada khalayak dengan memutar film itu, sedangkan narasi atau komentar dibacakan oleh penyiar berita. Jadi, ciri khas berita film adalah gambar yang dikomentari atau gambar yang diberi narasi, tanpa disertai pendapat langsung dari narasumber.
Kelebihan berita film saat itu adalah disajikannya gambar disamping narasi. Khalayak tidak hanya mendengar naskah berita yang dibacakan oleh penyiar berita, tetapi juga disuguhi gambar suatu peristiwa.
Peristiwa yang diliput dengan film jauh lebih menarik dibandingkan dengan still photo, karena gambar foto tidak bergerak, sedangkan pada film, gambarnya bergerak.

b. Berita Televisi
Kamera elektronic news gathering (ENG-Camera) yang dilengkapi pita kaset video untuk merekam gambar sekaligus suara, mempercepat proses produksi dan penyajian berita audiovisual kepada khalayak karena tidak perlu lagi melewati proses kimiawi atau proses laboratorium untuk memperoleh gambar.
Liputan berita dengan menggunakan kamera elektronik atau video yang standar untuk siaran (Umatic, Betacam, super VHS dan video-8 jenis tertentu), dapat menghasilkan:
- Gambar fakta atau data
Yaitu gambar dari suatu peristiwa dan bebagai akibatnya. Gambar ini disebut sebagai realitas kamera, lengkap dengan atmosphere sound.
- Gambar Pendapat
Yaitu gambar narasumber yang memberikan pendapat, lengkap dengan suara narasumber, atau dengan kata lain rekaman gambar dan suara narasumber yang memberikan pendapatnya.
Sesuai dengan batasan berita, maka pada berita televisi, pendapat dapat dua macam:
- Pendapat narasumber yang tidak terekam
- Pendapat narasumber yang terekam

Jadi, pendapat narasumber yang tidak terekam harus diuraikan, sedangkan pendapat narasumber yang terekam harus dipilih dan disajikan secara langsung dan orisinil. Sedangkan pendapat yang tidak terpilih untuk disajikan secara langsung dapat menjadi bahan uraian pendapat.
Setelah meliputi suatu peristiwa dan atau pendapat di lapangan, reporter dengan dibantu juru kamera akan memperoleh:
1. Catatan Fakta atau data
2. Catatan pendapat yang tidak terekam
3. Video kaset yang berisi:
- Rekaman fakta atau data dari lokasi kejadian
- Rekaman pendapat narasumber yang relevan dna yang berhasil diwawancarai
- Rekaman gambar lain yang relevan.
4. Video kaset lain dari kepustakaan video yang berisi visual yang mendukung topik bahasan.

c. Pusat pemberitaan Televisi
Di pusat pemberitaan televisi terdapat tiga bagian utama:
1. Kebijakan Pemberitaan (News Policy)
Ini merupakan bagian pembuat kebijakan siaran karya jurnalistik dan bertanggung jawab atas pengelolaan perencanaan, produksi, dan penyelenggaraan siaran. Bagian ini merupakan forum para pemimpin pengelola siaran karya jurnalistik yang bertanggung jawab.
2. Redaksi Pemberitaan (News Room)
Ini merupakan bagian operasional yang didalamnya terdapat unit-unit kerja fungsional. Unit kerja fungsional ini didukung oleh tenaga-tenaga profesional. Seperti redaktur, reporter, kameramen, penyunting, juru lampu, juru suara, penyiar (juga pewawancara, moderator, narator, atau dubber), pengarah acara, pustakawan, grapher, ilustrator, dan lain-lain.
News Room dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi (penanggung jawab redaksi), yang dibantu oleh seorang wakil pemimpin redaksi. Penanggung jawab news room bertanggung jawab atas kelancaran kerja di dalamnya. Seperti memimpin rapat redaksi setiap hari untuk merencanakan liputan berita dan memilih topik penjelasan masalah hangat, seperti wawancara, panel, diskursi, reportase langsung atau tidak langsung, dan sebagainya.
3. Studio Pemberitaan (News Studio)
Penyiaran karya jurnalistik atau pemberitaan dilakukan disini. Penanggung jawab kelancaran siaran kerja jurnalistik di news studio adalah pengarah acara karya jurnalistik. Sementara tanggung jawab isi siaran tetap berada di tangan penanggung jawab redaksi atau wakil penanggung jawab redaksi.
Kunci keberhasilan suatu organisasi penyiaran, termasuk organisasi pusat pemberitaan televisi adalah bahwa antara pemimpin, antara pelaksana, serta antara pemimpin dan pelaksana harus mengembangkan iklim kerja yang harmonis, yaitu harus ada sikap saling menghargai, saling pengertian, dan saling mengingatkan (asah-asih-asuh) sehingga mampu mendukung perkembangan kreativitas setiap personel, baik pemimpin maupun pelaksana.
Personel pusaat pemberitaan televisi, selain memiliki profesi sebagi brodcaster, juga merupakan jurnalis seperti wartawan, reporter atau redaktur, yang berarti juga menguasai ilmu komunikasi dan ilmu jurnalistik. Berikut ini adalah profesi dan tugas masing-masing:
- News director (ND) adalah pemimpin pusat pemberitaan yang bertanggung jawab secara keseluruhan atas jalannya roda penyelenggaraan siaran pemberitaan. News direktor mengatur dan bertanggung jawab atas seluruh personel pusat pemberitaan, pembiayaan, kebijakan siaran pemberitaan, kelancaran produksi dan siaran pemberitaan.
- Executive news producer (EP) adalah orang yang bertanggung jawab atas tugas sehari-hari di news room.
- Assignment editor (AE) adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan, memilih, dan memproduksi materi berita, serta mempersiapkan siaran pemberitaan.
- News Producer (NP) adalah orang yang bertanggung jawab atas produksi dan penyediaan materi berita seperti feature, human interest, dan sebagainya.
- Reporter/Writer (R/W) adalah orang yang mencari, mengumpulkan menyeleksi, dan mengolah materi pemberitaan sampai siap siar. Yang dimaksud writer disini adalah redaktur.
- Editorealist (E) adalah orang yang bertugas mengamati, memilih, dan menyusun editorial (komentara atau tajuk)
- Grapher (G) adalah orang yang bertugas membuat dan mempersiapkan grafik untuk siaran pemberitaan.
- Script editor (SE) adalah orang yang bertugas mempersiapkan script atau naskah siaran pemberitaan yang sudah disusun di news room.
- Video editor (VE) adalah penyunting video.
- Studio director (D) adalah penanggung jawab studio berita.
- Technical director (TD) adalah pengarah teknik yang bertanggung jawab secara teknis atas kelancaran siaran pemberitaan.
- Audio direktor (A) adalah penata suara.

Daftar Pustaka

 Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHR.
 Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
 Panuju, Redi. 2005. Nalar Jurnalistik. Malang: Bayu Media

Perasaanku

aku ingin marah,
tapi aku tidak bisa marah dihadapan mereka.
apalagi dia (shabatku) yang paling aku sayangi....
bagiku dia atau mereka adalah keluargaku yang baru.

aku tahu dia atau mereka sedih,
aku tahu dia atau mereka marah,

saat dia atau mereka sedih,
aku juga merasa sedih.
aku bingung mau ngapain,
aku tidak bisa melakukan apapun agar dia atau mereka tersnyum kmbli,
yang bisa aku lakukan hanya diam semata.
sambil berkata pada diriku sendiri.
aku adalah orang yang tidak berguna.