Senin, 15 November 2010

Jurnalistik Media Cetak, Baru, dan Televisi

1. Jurnalistik Media Cetak
Kegiatan jurnalistik yang terorganisasikan, kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan pers, yaitu usaha-usaha penerbitan karya jurnalistik yang berupa informasi dan berita.
Usaha-usaha penerbitanatau pers itu memiliki kebijakan dalam hubungan dengan Struktur masyarakat dan negara. Kebijakan itu kemudian menjadi orientasidari karya jurnalistik yang berada dalam lingkupnya. Sebutan pers berasal dari cara kerja mesin cetak menekan huruf-huruf di atas kertas. Selanjutnya semua usaha penerbitan yang berhubungan dengan mesin cetak disebut pers.
Ada tiga prinsip jurnalistik media cetak, yaitu:
a. Pembaca (man as reader)
Pembaca bebas memilih topik, informasi, atau berita yang disukai. Bertolak dari hal itu maka sajian informasi dan berita yang menyangkut berbagai bidang kehidupan sangat perlu disajikan sebagai pilihan. Pembaca juga aktif memilih berita yang relevan bagi dirinya.
b. Prinsip right like your talk.
Prinsip ini mengandung beberapa pengertian. Yang pertama mengandung arti naratif dan tak langsung, sedangkan yang kedua mengandung arti deskriptis yang langsung. Sabagai wartawan, ia seharusnya mencoba untuk obyektif, tidak boleh berpihak. Dalam kedudukan ini, ketika menulis ia harus dalam posisi sebagai pihak ketiga dan menuliskan beritanya dengan penulisan tak langsung (indirect) dan naratif (menceritakan).
Penulisan berita dalam jurnalistik memerlukan pemahaman mengenai karakter media itu. Beberapa prinsip penulisan ini dapat pula dipakai untuk bahan acuan penulisan di media elektronik audio visual (televisi). Seorang wartawan harus memastikan kebenaran beritan dengan check and recheck ke beberapa sumber yang relevan dan dapat dipercaya.
Lead berita menjadi perhataian utama, sebab lead sebagai pengarah berita, di samping judul akan menjadi pertimbangan yang menentukan dari pembaca untuk mengikuti berita itu atau tidak. Dalam penyusunan kalimat lead, tidak perlu dimasukkan prinsip 5W’s H karena akan menjadi rumit dan membingungkan.
Dalam Penulisan judul berita ada empat prinsip yang harus dipahami :
1. Menarik perhatian pembaca
2. Menyimpulkan isi berita
3. Menggambarkan suasana berita
4. Kalimat ringkas, jelas, dan merangsang.
Penulisan judul yang paling baik adalah tidak lebih dari sepuluh kata. Judul sebetulnya merupakan sumber utama informasi dari peristiwa-peristiwa yang hari itu terjadi. Karena bagi mereka yang tidak punya banyak waktu untuk membaca seluruh isi surat kabar, membaca judul beritanya pun (kalau judul ditulis dengan baik) sudah depat memperoleh gambaran kejadian pada hari itu. Dan dalam penulisan perlu menggunakan bahasa yang benar dan istilah yang tepat tanpa menggunakan kata asing. Sebab tidak akan menambah kejelasan, melainkan membingungkan para pembaca.
c. Rumus Konvesional 5W’s H (what, who, why, when, where, how)
Dalam laporan jurnalis menyebutkan kejadian apa (what), mengapa kejadian itu terjadi (why), kapan kejadian itu terjadi (when), siapa saja yang terlibat dalam kejadian itu (who), dimana kejadian itu berlangsung (where), dan bagaimana berlangsungnya kejadian itu (how). Teknik penyajiannya dapat berbentuk piramida tegak atau piramida terbalik dan kronologis. Sistem penulisan piramida tegak berarti penulisan naskah tidak terikat oleh waktu. Sistem penulisan piramida terbalik dibuat khusus untuk berita yang penyajiannya sangat terikat waktu. Sedangkan sistem penulisan Kronologis, sajiannya berdasarkan pada urutan kejadian.
Contoh berita jurnalistik media cetak:
Banjir Genangi Perumahan di Bangkalan
TINGGINYA intensitas hujan selama sepekan dan pasang air laut mengakibatkan ratusan rumah di kawasan kota bangkalan terendam. Genangan air terparah menimpa ratusan pemukiman di kawasan perumahan Griya Abadi yang mencapai lutut orang dewasa.
Menurut Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pengairan Ir Taufan Z, rusaknya beberapa instrumen pengendali (pintu) air sungai dan tingginya sediman juga memicu genangan banjir. “Air terlalu lama terkonsentrasi di sungai karena air laut sedang pasang,” jelas Kabid Irigasi dan Pemanfaatan Air M Arifin yang mendampingi Kadis Bina Marga, Taufan. “Selain itu, sedimentasi yang parah juga membuat daya tampung sungai menjadi berkurang. Ditambah rusaknya pintu air di kali jambu karena terendam sedimen,” katanya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya mengaku telah melakukan koordinasi dengan pemerintahan pusat dengan mengusulkan dana bencana alam senilai Rp 20 milyar. Dana sebesar itu nantinya akan diproyeksikan untuk melakukan pengerukan sedimen-sedimen yang mengganggu di empat sungai yang ada di kota Bangkalan, perbaikan plengsengan di Desa Lajing yang rusak diterjang ombak.
“Termasuk rencana pembuatan waduk di kecamatan Blega yang tengah dikaji ulang. Serta membangun tanggul yang lebih tinggi dari permukaan tanah,” jelasnya. (ekr)

2. Teori-teori Pers dan Jurnalistik
Jurnalistik dan pers tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan struktur sosial dan politik lingkungan masyarakat dan negara. Di dalam perkembangan pers dan jurnalistik dikenal empat macam teori yang menjadi acuan dari sistem-sistem pers dan jurnalistik negara-negara di dunia.
a. Teori Otoritarian
Teori ini muncul diawal lahirnya mesin cetak dan diakhir masa renaisans, ketika negara-negara eropa kebanyakan masih menganut sistem pemerintahan monarki absolut. Pers dan Jurnalisti wajib mendukung kebijakan kerajaan. Paham ini bertolak dari anggapan, kebenaran adalah hasil dari sekelompok cendekiawan dan orang bijak yang memiliki kewajiban membimbing dan menentukan arah kehidupan rakyat kecil. Jadi kebenaran tak ada di lingkungan kecil, melainkan dekat dengan kekuasaan.
b. Teori Libertarian
Teori ini lahir ketika pertumbuhan demokrasi politik dan paham kebebasan berkembang pada abad ke-17, sebagai akibat revolusi industri dan digunakannya sistem ekonomi laissezfaire. Di dalam revolusi Perancis dikeluarkan Declaration des droits de i’homme at citoyen, yaitu pernyataan hak-hak manusia dan warga negara. Kebebasan pers sebagai salah satu aspek dari hak-hak asasi manusia. Kebenaran tidak lagi dianggap milik penguasa, melainkan hak mencari kebenaran merupakan salah satu hak asasi manusia. Kedudukan pers dan jurnalistik dalam hal ini sebagai mitra dalam mencari kebenaran. Dengan demikian, pers harus bebas dari pengawasan dan pengaruh pemerintahan. Agar kebenaran muncul, semua pendapat harus memperoleh kesempatan yang sama untuk dikemukakan.
c. Teori Totalitarian
Pers yang berpegang pada asas kebenaran berdasarkan teori marxis. Pers bekerja sepenuhnya sebagai alat penguasa, dalam hal ini partai komunis. Partai komunis dalam pengertian marxis adalah rakyat. Berdasarkan pemahaman itu pers harus mengikuti kebenaran rakyat, yaitu partai yang substansinya adalah pemerintahan. Pers komunis dikuasai dan dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Fungsi pers komunis adalah memberi bimbingan secara cermat kepada masyarakat agar masyarakat terbebas dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat menjauhkan masyarakat dari cita-cita partai.
d. Teori Social Responsibility
Para pemilik dan pengelola pers menentukan siapa-siapa, fakta yang bagaimana, versi fakta yang seperti apa, yang dapat disiarkan kepada masyarakat. Teori ini menganggap kebebasan mutlak mendorong terjadinya dekadensi moral. Oleh karena itu, teori ini memandang perlu pers dan sistem jurnalistik menggunakan dasar moral dan etika. Pers perlu melakukan tugas sesuai dengan standar-standar hukum tertentu. Dalam hal ini kebebasan pers tetap dipertahankan dengan menambahkan kewajiban, kebebasan yang dimiliki perlu disertai tanggung jawab sosial dan kecenderungan berorientasi pada kepentingan umum, baik secara individual maupun kelompok.
Empat teori pers itu menjadi acuan sistem dan orientasi jurnalistik bagi pendukung-pendukungnya. Di Indonesia berlaku sistem pers yang disebut Pers Pancasila. Sistem ini mendasarkan sikap dan perilaku pers di Indonesia pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

3. Jurnalistik Baru
Karya jurnalistik baru (new jurnalism) merupakan cara baru dalam mengolah dan menyajikan karya jurnalistik yang dikembangkan pada akhir abad 20. Jurnalistik ini disebut jurnalistik baru karena memasukkan unsur fiksi dan sastra walaupun dalam karya jurnalistik hal semacam ini sebelumnya tidak dibenarkan.
Karya jurnalistik baru merupakan hasil gabungan antara kerja wartawan dan sastrawan, atau dengan kata lain merupakan karya jurnalistik yang dikemas dengan gaya sastra. Karya jurnalistik baru merupakan hasil karya proses intelektual yang kreatif, khususnya hasil wartawam sekaligus sastrawan. Ragam bahasanya menjadi indah serta enak dibaca dan dirasakan, khususnya bagi khalayak kalangan menengah ke atas.
Di Indonesia, karya jurnalistik baru dikembangkan oleh Goenawan Mohamad yang merupakan seorang wartawan dan juga sastrawan, melalui rubrik Catatan Pinggir di majalah Tempo.
Sebagai karya intelektual wartawan sekaligus sastrawan, penyusunan naskah dan penyajian karya jurnalistik baru kepada khalayak memiliki bentuk tersendiri. Uraian fakta dan pendapat dipilih yang aktual dan masih relevan dengan situasi dan kondisi di tengah masyarakat. Fakta dan pendapat ini dikemas dalam bentuk karya sastra yang indah dan menarik. Hubungan antara realitas di tengah masyarakat dan karya jurnalistik sastra berimpit halus. Perhatikan contoh berikut ini:
“Di depan moncong bedil yang dikokang, bisakah kita bicara tentang kekejaman? Kita tidak kehilangan hak, tetapi kita kehilangan kata. Kata-kata menjauh, menciut, kekejaman dan aniaya adalah pengalaman yang mengepung kita, mengucilkan kita dari konsep-konsep. Di depan moncong bedil yang dikokang, dunia jadi tak bisa diterangkan.
Bagaimana menerangkan semua itu? Saya tidak tahu. “Saya mencari manusia”, konon kata seorang Yunani Kuno, yang berjalan membawa obor di siang hari bolong.
Kita mencari manusia dan tak tahu bisakah kita menemukan perikemanusiaan, kecuali dengan hati seorang korban.”
(Goenawan Mohamad, HAK, Tempo, Edisi 14-12-1992)
Karya jurnalistik baru selalu diwarnai oleh sentuhan-sentuhan halus penuh keindahan tetapi memiliki sasaran yang tepat, isi pesan tetap informatif faktual, jujur, adil, dan berimbang. Karya jurnalistik ini bisa berisi mengenai apa saja yang memiliki sentuhan-sentuhan pada :
- Kekuasaan, keserakahan, dan kekejaman
- Monopoli dan birokrasi
- Kesenjangan sosial dan kemunafikan
- Sikap apatis dan monoton
- Keberhasilan (succes story), dan sebagainya.

4. Jurnalistik Televisi
Perkembangan media massa elektronik mendorong pemikiran baru di bidang jurnalistik. Media massa televisi adalah media audio visual. Media Televisi merupakan media jurnalistik yang sangar berpengaruh bagi khalayak. Televisi merupakan media yang potensial menjadi sarana dalam memprogram image di kalangan audiensi.
Media televisi sangat berpengaruh besar bagi khalayak karena mempunyai beberapa kemampuan berikut:
• Pertama, menciptakan kesan (image) dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layar kaca (visual maupun audio visual) menjadi lebih nyata dari realitasnya.
• Kedua, media massa mampu membuat liputan “apa yang terjadi” menjadi lebih nyata.
• Ketiga, penelitian-penelitian “uses and gratifications” yang biasanya terfokus pada efek individu menemukan fakta bahwa komunikasi membangun makna ritual yang menggambarkan bagaimana orang bersama-sama dan bekerja sama secara terus menerus memakai makna tersebut.
• Keempat, sejak lama media diyakini menjadi semacam kanal yang berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan destruktif psikologis lainnya menjadi gejala internal (individu) yang wajar (normal).
Jurnalistik televisi adalah jurnalistik audio visual. Unsur visual dalam sajian berita atau laporan di televisi mengandung peranan penting. Dalam hal ini, hasil liputan audio visual yang dilakukan oleh reporter dan juru kamera televisi menjadi bahan utama dalam penyusunan berita. Oleh karena itu, kehadiran reporter di tempat kejadian dirasa memberikan nilai lebih dan daya tarik yang kuat pada berita yang disampaikan. Dalam hal ini, dikenal sistem ROSS dengan penyaji berita yang disebut newscaster karena ia juga pencari, penyeleksi, pengolah dan penyusun berita.
ROSS singkatan dari
- Reporter on the spot and on the screen
Reporter berada di lokasi dan muncul di televisi melaporkan sendiri kejadian di situ.
- Reporter on the spot and off the screen
Reporter berada di tempat kejadian, tetapi gambarnya tidak muncul di layar, hanya suaranya atau laporannya dibacakan.
- Reporter off the spot and on the screen
Reporter tidak berada di tempat kejadian, tetapi sebagai redaksi yang menyusun dan menyampaikan laporan dari sumber. Sumber berita lewat telepon, teleks, faksimile dan muncul di layar televisi.
- Reporter off the spot and off the screen
Reporter tidak berada di tempat kejadian dan tidak muncul di layar televisi. Namun, ia mengumpulkan, menyeleksi dan menyusun berita yang diperoleh dari sumber-sumber berita.

Dalam jurnalistik televisi, unsur visual bukan sekadar unsur tambahan atau dukungan pada berita verbal. Unsur visual merupakan sajian berita itu sendiri, bukan sekadar ilustrasi dari uraian berita verbal.
Untuk sajian unsur visual dikenal empat materi berupa gambar hasil liputan.
1. Visual Object and Hot News (VOHN).
Materi visual hasil liputan peristiwa atau wawancara dan isi pernyataan saat itu. Lingkungan masih menggunakan istilah visual aids (gambar pembantu atau ilustrasi).
2. Shooting on the Field Operation Back-up (SFOB).
Tambahan liputan untuk melengkapi materi visual yang sudah ada.
3. Full Library Operation Back-up (FLOB)
Seluruh materi visual yang diperoleh dari kepustakaan, seperti stock shoots, foot-ages, dan sebagainya.
4. Gabungan dari ketiga materi itu.
Karena unsur visual merupakan unsur yang cukup penting maka kerja sama antara reporter dan kameramen harus terjalin dengan baik. Mata dan pikiran mereka seolah satu.

a. Berita Film
Materi film dibuat dari pita seluloid, yang setelah dipakai meliput haarus diproses melalui laboratorium untuk menghasilkan gambar. Gambar ini diedit dan disusun dengan cara dipotong-potong, dan disambung kembali sesuai dengan urutan gambar yang dikehendaki. Gambar yang sudah disusun, lalu dibuat naskah beritanya. Kemudian disajikan kepada khalayak dengan memutar film itu, sedangkan narasi atau komentar dibacakan oleh penyiar berita. Jadi, ciri khas berita film adalah gambar yang dikomentari atau gambar yang diberi narasi, tanpa disertai pendapat langsung dari narasumber.
Kelebihan berita film saat itu adalah disajikannya gambar disamping narasi. Khalayak tidak hanya mendengar naskah berita yang dibacakan oleh penyiar berita, tetapi juga disuguhi gambar suatu peristiwa.
Peristiwa yang diliput dengan film jauh lebih menarik dibandingkan dengan still photo, karena gambar foto tidak bergerak, sedangkan pada film, gambarnya bergerak.

b. Berita Televisi
Kamera elektronic news gathering (ENG-Camera) yang dilengkapi pita kaset video untuk merekam gambar sekaligus suara, mempercepat proses produksi dan penyajian berita audiovisual kepada khalayak karena tidak perlu lagi melewati proses kimiawi atau proses laboratorium untuk memperoleh gambar.
Liputan berita dengan menggunakan kamera elektronik atau video yang standar untuk siaran (Umatic, Betacam, super VHS dan video-8 jenis tertentu), dapat menghasilkan:
- Gambar fakta atau data
Yaitu gambar dari suatu peristiwa dan bebagai akibatnya. Gambar ini disebut sebagai realitas kamera, lengkap dengan atmosphere sound.
- Gambar Pendapat
Yaitu gambar narasumber yang memberikan pendapat, lengkap dengan suara narasumber, atau dengan kata lain rekaman gambar dan suara narasumber yang memberikan pendapatnya.
Sesuai dengan batasan berita, maka pada berita televisi, pendapat dapat dua macam:
- Pendapat narasumber yang tidak terekam
- Pendapat narasumber yang terekam

Jadi, pendapat narasumber yang tidak terekam harus diuraikan, sedangkan pendapat narasumber yang terekam harus dipilih dan disajikan secara langsung dan orisinil. Sedangkan pendapat yang tidak terpilih untuk disajikan secara langsung dapat menjadi bahan uraian pendapat.
Setelah meliputi suatu peristiwa dan atau pendapat di lapangan, reporter dengan dibantu juru kamera akan memperoleh:
1. Catatan Fakta atau data
2. Catatan pendapat yang tidak terekam
3. Video kaset yang berisi:
- Rekaman fakta atau data dari lokasi kejadian
- Rekaman pendapat narasumber yang relevan dna yang berhasil diwawancarai
- Rekaman gambar lain yang relevan.
4. Video kaset lain dari kepustakaan video yang berisi visual yang mendukung topik bahasan.

c. Pusat pemberitaan Televisi
Di pusat pemberitaan televisi terdapat tiga bagian utama:
1. Kebijakan Pemberitaan (News Policy)
Ini merupakan bagian pembuat kebijakan siaran karya jurnalistik dan bertanggung jawab atas pengelolaan perencanaan, produksi, dan penyelenggaraan siaran. Bagian ini merupakan forum para pemimpin pengelola siaran karya jurnalistik yang bertanggung jawab.
2. Redaksi Pemberitaan (News Room)
Ini merupakan bagian operasional yang didalamnya terdapat unit-unit kerja fungsional. Unit kerja fungsional ini didukung oleh tenaga-tenaga profesional. Seperti redaktur, reporter, kameramen, penyunting, juru lampu, juru suara, penyiar (juga pewawancara, moderator, narator, atau dubber), pengarah acara, pustakawan, grapher, ilustrator, dan lain-lain.
News Room dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi (penanggung jawab redaksi), yang dibantu oleh seorang wakil pemimpin redaksi. Penanggung jawab news room bertanggung jawab atas kelancaran kerja di dalamnya. Seperti memimpin rapat redaksi setiap hari untuk merencanakan liputan berita dan memilih topik penjelasan masalah hangat, seperti wawancara, panel, diskursi, reportase langsung atau tidak langsung, dan sebagainya.
3. Studio Pemberitaan (News Studio)
Penyiaran karya jurnalistik atau pemberitaan dilakukan disini. Penanggung jawab kelancaran siaran kerja jurnalistik di news studio adalah pengarah acara karya jurnalistik. Sementara tanggung jawab isi siaran tetap berada di tangan penanggung jawab redaksi atau wakil penanggung jawab redaksi.
Kunci keberhasilan suatu organisasi penyiaran, termasuk organisasi pusat pemberitaan televisi adalah bahwa antara pemimpin, antara pelaksana, serta antara pemimpin dan pelaksana harus mengembangkan iklim kerja yang harmonis, yaitu harus ada sikap saling menghargai, saling pengertian, dan saling mengingatkan (asah-asih-asuh) sehingga mampu mendukung perkembangan kreativitas setiap personel, baik pemimpin maupun pelaksana.
Personel pusaat pemberitaan televisi, selain memiliki profesi sebagi brodcaster, juga merupakan jurnalis seperti wartawan, reporter atau redaktur, yang berarti juga menguasai ilmu komunikasi dan ilmu jurnalistik. Berikut ini adalah profesi dan tugas masing-masing:
- News director (ND) adalah pemimpin pusat pemberitaan yang bertanggung jawab secara keseluruhan atas jalannya roda penyelenggaraan siaran pemberitaan. News direktor mengatur dan bertanggung jawab atas seluruh personel pusat pemberitaan, pembiayaan, kebijakan siaran pemberitaan, kelancaran produksi dan siaran pemberitaan.
- Executive news producer (EP) adalah orang yang bertanggung jawab atas tugas sehari-hari di news room.
- Assignment editor (AE) adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan, memilih, dan memproduksi materi berita, serta mempersiapkan siaran pemberitaan.
- News Producer (NP) adalah orang yang bertanggung jawab atas produksi dan penyediaan materi berita seperti feature, human interest, dan sebagainya.
- Reporter/Writer (R/W) adalah orang yang mencari, mengumpulkan menyeleksi, dan mengolah materi pemberitaan sampai siap siar. Yang dimaksud writer disini adalah redaktur.
- Editorealist (E) adalah orang yang bertugas mengamati, memilih, dan menyusun editorial (komentara atau tajuk)
- Grapher (G) adalah orang yang bertugas membuat dan mempersiapkan grafik untuk siaran pemberitaan.
- Script editor (SE) adalah orang yang bertugas mempersiapkan script atau naskah siaran pemberitaan yang sudah disusun di news room.
- Video editor (VE) adalah penyunting video.
- Studio director (D) adalah penanggung jawab studio berita.
- Technical director (TD) adalah pengarah teknik yang bertanggung jawab secara teknis atas kelancaran siaran pemberitaan.
- Audio direktor (A) adalah penata suara.

Daftar Pustaka

 Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHR.
 Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
 Panuju, Redi. 2005. Nalar Jurnalistik. Malang: Bayu Media

3 komentar:

Anonim mengatakan...

thanks, buat mas bro...yg di cari akhirnya ketemu

Unknown mengatakan...

saya mencari atau mebutuhkan bahan mengenai gaya penulisan berita media cetak dan media elektronik

madelonfadden mengatakan...

Hotel & Casino, Las Vegas (NV) - Mapyro
"The hotel offers an excellent range of accommodations, a great gaming venue, great 원주 출장안마 live music and 경상북도 출장마사지 a state-of-the-art 서울특별 출장안마 casino. We 동해 출장마사지 were  충주 출장마사지 Rating: 2.4 · ‎6,821 reviews